Nabire, Bumiofinavandu – Asosiasi Pedagang Asli Papua (APAP) memiliki beberapa Program bagi pedagang mama-mama Papua. Program ini merupakan hasil rapat kerja (raker) pengurus pada (17/8)2020) silam. Juru bicara APAP, Mikael Kudiai, mengatakan bahwa asosiasi telah menyetujui beberapa program sebagai pendampingan bagi mama-mama pedagang asli Papua di Kabupaten Nabire.
“Kami sudah bahas program untuk mama-mama. dan program itu melihat pada satu suku tertentu, tetapi mengakomodir keseluruhan orang asli Papua yang berjualan pasar-pasar yang tersebar di seluruh wilayah Nabire,” Kata Kudiai di Nabire. Sabtu (12/9/2020).
Program-progam tersebut menurut Kudiai, sebagai berikut, pertama, mengadakan pelatihan dan pendampingan baik bagi mama-mama maupun anggota asosiasi. Kedua, mendorong koperasi bagi mama-mama pedagang pasar. Ketiga, mengadakan analisis pasar. Keempat, pelatihan sistem pemasaran online, kelima, pelatihan ekonomi kreatif.
“Program-progam ini yang kita ingin jalankan untuk mama-mama Papua, mereka perlu pendampingan,” tuturnya.
Ia menjelaskan, dalam program-programnya akan lebih banyak memberikan pelatihan dan edukasi kepada mama-mama termasuk pelatihan dan pendampingan dari APAP sendiri. misalnya, pelatihan untuk system managemen keuangan (bagaimana supaya mereka tidak habiskan hasil jualan dalam sehari itu), tetapi ada simpanan. Berikut adalah sistem pemasaran online dan ekonomi kreatif. hal-ini yang perlu untuk dilakukan pendampingan kepada mama-mama. Sehingga, hasil jualannya tidak dihabiskan tetapi ada tabungan dan sebagainya.
“Sehingga kami akan mendorong anak-anak muda untuk bersama-sama dan berdiskusi untuk melaksanakan apa yang sudah diprogramkan. dan menjaring solidaritas untuk menjadikan persoalan mama-mama menjadi program prioritas” jelas Kudiai.
Sebenarnya, lanjut dia, pemerintah melalui dinas teknis memiliki kekurangan dalam memahami pedagang asli Papua, adanya ketidak sepahaman antara mama-mama dan dinas. Padahal menurutnya, seharusnya pemerintah atau dinas bisa memahami karakter-karakter dari mama-mama Pasar. misalnya, adanya program yang tidak singkron dengan keinginan mama-mama. Yakni bangun pasar mewah dan disuruh mama-mama berjualan di sana, padahal mama-mama tidak butuh mewahnya. Mereka hanya butuh tempat yang layak dan aman, untuk jualan dan kebiasaan mereka duduk di lantai sambil jualan.
“Pemerintah hanya pikir anggaran, lalu kasih bantuan tetapi tidak tetap sasaran. Saya ambil concoh, mana hasil dara bantuan-bantuan yag sudah diberikan kepada mama-mama, mari kita cek kalau ada yang berhasil,” tuturnya.
Humas APAP, Fransiskus Yogi, menambahkan banyak jga persoalan yang sudah pemerintah sudah lakukan, hanya saja tidak terselesaikan dan tidak tepat sasaran. Hal ini lantaran Pemerintah tidak memahami karakter mama-mama penjual di pasar. Misalnya dari secara sosiologisnya seperti apa, antropologisnya dan sebagainya. Akhirnya, Pemerintah beranggapan bahwa jika mama-mama terus berjualan di lantai dengan beralas karung adalah ketinggalan jaman dan terbelakang.
“Padahal itu sudah menjadi karakter mereka, perlu dicari seperti apa keinginan mereka. sebenarnya, mau jualan di meja atau di lantai tinggal bagaimana cara menatanya sebab itu merupakan tradisi dan budaya,” tambah Yogi.(Red)