Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Ekonomi

Keluh kesah usaha warung makan di Nabire

35
×

Keluh kesah usaha warung makan di Nabire

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Aktivitas di warung lamongan milik Tugiman (14/10/2020) – Bumiofinavandu.
Nabire, Bumiofinavandu – Covid-19 sangat besar terhadap segala aspek kehidupan. Salah satunya di bidang Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Khususnya di Nabire, beberapa pemilik warung mengakuh kelabakan ketika kasus terus meningkat di daerah Ini.

Salah satu pemlik warung di Jalan Yos Sudarso, Tugiman mengaku agak repot dan sepih pendapatan yang diperolehnya.

“Jujur saya sedikit repot saat ini. pengunjung sedikit sepih dibandingkan sebelum pandemi,” ujar Tugiman di Nabire. Rabu (14/10/2020).

Ia mengaku, sebelum covid-19, pendapatan rata-rata bersih bisa mencapai Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah) untuk satu malamnya. Namun kini, untuk mendapatkan Rp 500.000 (lima ratus) ribuh tidak kesampaian.

Bahkan, diawal pandemi dua bulan tutup total akibat pembatasan sosial. Kini, pembatasan itu sudah ditiadakan namun pengunjung belum normal seperti biasanya.

“Dua bulan awal memang tutup total. Sekarang sudah buka lagi tapi belum terlalu ramai. Ini sudah naik terus orang kena covid, tidak tau nanti bagaimana,” tutur pria 50 Tahun asal Lamongan ini.

Tugiman khawatir, jika nantinya Nabire atau Papua kembali menerapkan pembatasan sosial. Pasalnya, ia dan keluarganya mempunyai beban kewajiban yang harus disetor tiap bulannya ke salah satu bank lantaran mengajukan kredit sejumlah uang.

Kredit ini ia lakukan sebab sebelumnya terjadi kebakaran di kompolek Oyehe Tahun lalu sebelum pandemi. keluarganya terpaksa mengajukan kredit untuk membangun kembali rumah.

“Yang buat pusing itu adalah kredit. Karena rumah kami terbakar waktu itu (Tahun 2019). Kami terpaksa kredit dan harus setor Rp. 20 Juta per bulan ke bank selama satu Tahun enam bulan,” kata Tugiman.

Ia menjelaskan, keluarganya mengajukan kredit hampir setengah milyar dan dibebankan untuk seluruh keluarga.

Mengingat, warungnya dikelolah oleh keluarga besarnya. Ia juga mengaku, sejak dua bulan tidak beroperasi, cicilan bank wajib disetor.

“Kami sekeluarga, semua kerja di warung ini (Istri dan kedua anaknya). Maka tiap bulan harus berusaha untuk menyetor ke bank, waktu dua bulan warung tidak buka, bank tidak mau tahu apapun alasan dan harus bayar,” kata Ayah dua anak ini.

Terpisah, Pemilik warung Sejahtera, Gunawan mengakuh hal sepura juga dialami. Namun berbeda dengan Tugimin, pasalnya Gunawan memiliki tiga orang karyawan. Ini, hanya satu yang masing dipertahankan dan dua lainnya sudah dirumahkan semenjak bulan maret silam.

Pemilik warung yang beraktifitas sejak pukul 15.00 – 21.00 ini juga mengakuh, kedau karyawan yang dirumahkan terpaksa harus diperhatikan tiap bulannya sebab mereka punya keluarga.

“Saya punya beban. Ada dua karyawan yang terpaksa disuruh istirahat sementara. Tapi jujur saja tiap bulannya harus kasih biar sedikit untuk kebutuhan sehari hari. Saya mau suruh berhenti total tapi tidak tegah, jadi hanya istirahat sementara tunggu situasi normal baru kembali kerja lagi,” Ujar Gunawan.(Red)
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!