Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Features

Welem Muyapa raup untung terbanyak selama masa pandemi

145
×

Welem Muyapa raup untung terbanyak selama masa pandemi

Sebarkan artikel ini
Welem Muyapa di kebun Jagungnya – BumiofiNavandu/Dok Welem Muyapa.
Example 468x60

Nabire, Bumiofinavandu – Halo pak, selamat malam. maaf beberapa hari ini saya agak sibuk kasih (beri) pupuk untuk tanaman. Saya baru beli pulsa untuk hubungi bapak. Terima kasih pak, kata saya. Nanti saya telepon balik. Demikian awal percakapan pada malam itu, Kamis (22/7/2021) lalu.

Itu merupakan percakapan via seluler saya dan Welem Mupaya.

Welem adalah seorang petani tekun dari suku Mee yang telah bermukim lebih 20 Tahun di RT002/RW001 Kampung Wanggar Sari, Distrik Wanggar Kabupaten Nabire-Papua.

Ia merasa sangat bersyukur lantaran di masa pandemi covid-19, masih tetap sehat untuk melakukan aktivitasnya sebagai petani.  Syukur ini Ia panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas diberikannya kesehatan dan berkat bagi keluarganya melalui hasil pertaniannya.

Betapa tidak, walaupun di masa pandemi dan diantara begaran usahanyanya, baik dalam bercocok tanam maupun ternak. setidaknya, menanam jagung merupakan pekerjaan rutin dalam usahanya.

Di bulan Mei silam, Welem senang lantaran hasil jualan biji jagungnya mencapai Rp 27 juta rupiah. Ini adalah hasil terbanyak dimasa pandemic yang sebelumnya sangat jarang mencapai jumlah itu.

“Ini hasil panen terbesar yang saya rasa dan dapat selama menjadi petani, apalagi saat ini ada pandemic covid,” tuturnya.

Hasil panen, biasanya tergantung dua hal untuk mendapatkan untung atau merugi. Yakni bila harganya naik, maka keuntungan akan diperoleh. Sebaliknya jika harga anjlok maka keuntungannya menipis.

Ia mengaku khusus untuk jagung, hasil jualannya rata-rata hanya berkisar Rp 14 sampai 16 juta rupiah di masa panen. Namun kali ini bisa  mendekati Rp30 juta rupiah. Walaupun sesuatu yang kebetulan  tetapi rasa syukur itu selalu ada.

Welem mengaku, 27 juta itu diperoleh dari penjualan jagung lebih dari 4 ton yang dihasilkan lahan 1,5 hektar.

Harga jagung kering perkilonya di Nabire bervariasi, mulai dari Rp3.000 sampai Rp6.000 rupiah per kilogramnya.

“Waktu jual bulan Mei kemarin pas harga naik, Rp5.800  per kilo. Saya sangat bersyukur dan puas,” tuturnya.

Ia menjelaskan, dalam setahun jagung akan ditanam 3 kali yakni jika masa tanamnya di bulan januari dan masa panennya di akhir april. Kemudian lahan akan dibiarkan selama satu bulan untuk kemudian ditanami lagi, begitu seterusnya.

Usai penanaman, jagung akan diberi pupuk antara  10 sampai 15 hari dan jagung memerlukan dua kali pupuk. Sehingga di usia 35 sampai 40 hari jelang bunga maka akan diberi pupuk yang kedua kalinya. Pemberian pupuk dengan menyebarkan berjarak jarak sekitar 10 cm dari tanaman.

“Saya pupuk dua kali dengan NPK atau urea. biasa habis 16 karung untuk satu setengah hektar lahan, jadi ada 32 karung. Pupuk pertama biasa sedikit takarannya, kalau pupuk kedua agak banyak karena lahan sering digunakan,” kata Welem menjelaskan.

Hal lain yang perlu diperhatikan Welem adalah serangan hama. Karena hama sering menyerang jagung di bagian tongkol. Terkadang ada penyakit yang juga menyerang sehingga hasilnya gosong atau busuk.

“Jadi saya selalu siapkan obat hama kalau ada penyakitnya. Tapi saya bersyukur bahwa selama ini belum ada hama yang merusak sampai tanaman tidak menghasilkan. Biasanya kalau gagal panen itu karena kurang pupuk atau hujan dan banjir,” tuturnya.

Menjadi petani sebagai pilihan lantaran orang tua tidak memiliki uang melanjutkan ke Perguruan Tinggi

Lelaki paruh baya ini memilih menjadi petani adalah sebagai pilihan. lantaran orang tua tidak memiliki uang melanjutkan ke Perguruan Tinggi

Dikabarkan telah menjadi sudah menjadi petani hampir kurang lebih 20 Tahun setamatnya dari SMA YPK Tabernakel Nabire. Ia tidak melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi lantaran orang tuanya kala itu tidak memiliki cukup biaya.

Welem kemudian berencana untuk mengumpulkan biaya guna membeli tanah untuk bercocok tanam. Sebab di dalam benaknya bahwa Nabire sangat berpotensi di bidang pertanian, namun dia belum memiliki lahan.

Kerja serabutan pun dilakukan untuk mendapatkan uang. Targetnya adalah harus memiliki lahan sendiri. Alhasil, dari upayanya itu Welem berhasil membeli sebidang tanah di Kampung Wanggar Sari. Di sana ia memulai dengan beternak babi, ayam hingga mentok serta sapi.

Upaya lelaki empat anak ini tidak sia-sia. Dua Tahun kemudian (sekitar Tahun 2002). Welem berhasil membeli sebidang tanah (1 hektar) milik warga di kampung, Ia mulai berkebun dengan menanam sayur mayur dan kacang tanah serta kacang panjang. Hasilnya tentu untuk dijual guna memenuhi kebutuhan keluarga dan sisanya untuk menabung.

“Awalnya karena saya pikir tidak ada uang untuk lanjut kuliah. Nah, saya liat Nabire sebenarnya ada peluang kalau menjadi petani. Jadi saya kerja kumpul uang dan akhirnya bisa beli tanah dan rumah di sini (Kampung Wanggar Sari) sebagai awal usaha,” ungkap Welem Muyapa.

Welem kini sudah memiliki enam hektar lahan. Lahannya dibagi-bagi, satu hektar untuk tanaman padi, satu hektar untuk sayuran, kacang panjang, bayam, sawi,  kangkung dan lainnya. sedangkan satu hektar lagi untuk menanam kelahi, umbi-umbian, daun petatas (untuk pakan Babi).

Sedangkan satu hektar lagi khusus ditanami rumput untuk pakan sapi, lalu dua hektarnya untuk  ditanami jagung. Selain bertani, Welem juga tekun memelihara beberapa ternak. Seperti ayam, babi, sapi dan bebek. Keenam hektar lahannya ini diperoleh dari hasil kebun dan jual ternak.

“Sekarang saya sudah punya enam hektar lahan, semua hasil dari jual  ternak dan hasil kebun. Jadi, kalau ada uang dan ada yang jual tanah pasti saya beli,” pungkapnya.

Selain hasil panen jagung Rp 27 juta, pada Desember Tahun 2020 silam juga mendapatkan Rp 54 juta dari hasil penjualan babi. Baik uan hasil  panen, ataupun penjualan ternak biasanya akan disisihkan atau dibagi untuk beberapa keperluan. Misalnya untuk kebutuhan keluarga dan tabungan. Sementara uang dari hasil penjualan kacang biasanya untuk jajan anak-anak.

“Saya akan selalu bagi kalau dapat uang, jadi sudah ada pos-pos yang dibagi baik kebutuhan maupun tabungan.  Ini dilakukan karena saya hanya seorang petani, bukan pegawai yang tiap bulan ada gaji,” tuturnya.[*]

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!