Nabire, Bumiofinavandu – Koordinator Bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) Dewan Adat Papua (DAP) Wilayah III Doberay, berharap agar Panglima Kodam XVIII/Kasuari dapat meminimalisir resiko dan mengutamakan keselamatan kelompok-kelompok masyarakat adat asli Papua, yang ada di seluruh wilayah pemerintah Kabupaten Maybrat.
“Sebagai akibat dari dilaksanakannya operasi pengejaran kelompok penyerang terhadap Posramil Kampung Kisor, Distrik Aifat Selatan, Kabupaten Maybrat, Kamis (2/9) dinihari,” tutur Koordinator HAM, DAP Wilayah III Doberay Y C. Warinussy dalam rilis yang diterima Bumiofinavandu. Jumat (03/09/2021).
Menurutnya, DAP Wilayah III Doberay di bawah pimpinan Ketuanya, Mananwir Paul Finsen Mayor sangat menyesalkan serta mengutuk keras seperistiwa mengenaskan yang terjadi dan mengakibatkan gugurnya keempat personik TNI AD di Posramil Kampung Kisor.
Sehingga, DAP Wilayah III Doberay senantiasa berjuang melindungi hak-hak dasar masyarakat adat Papua berdasarkan amanat Pasal 43 UU RI No.21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua. Serta berdasarkan amanat pasal 18 B ayat (2) UUD 1945.
“Dan DAP Wilayah III Doberay senantiasa memastikan bahwa segenap rencana pengembangan wilayah dan ekspansi produksi ekonomi apapun di segenap wilayah adat masyarakat asli Papua, termasuk di Kabupaten Maybrat mesti senantiasa dilakukan dengan cara-cara elegan dan melalui dialog yang netral,” tuturnya.
Warinussy mengungkapkan, kehadiran pasukan militer dalam jumlah besar untuk melakukan pengejaran terhadap kelompok penyerang, tidak boleh dapat dijadikan alasan pembenar dalam melakukan sweeping atau penggeledahan yang menimbulkan dampak sosial, politik dan hukum bagi masyarakat adat di Maybrat dan sekitarnya.
DAP mendesak Pemerintah Provinsi Papua Barat bersama Pemerintah Kabupaten Maybrat untuk mengambil langkah penting untuk menyelidiki Peristiwa Kampung Kisor, Distrik Aifat Selatan, Kabupaten Maybrat ini dengan profesional, imparsial dan transparan guna menemukan pelaku sebenarnya dari peristiwa mengenaskan pagi tadi (2/9) di Kisor, Aifat Selatan, Kabupaten Teluk Bintuni.
“Masyarakat sipil di sana (Maybrat) harus dilindungi,” ungkapnya.
Pangdam XVIII/Kasuari diminta lepas dua pemuda yang ditahan
LP3BH Manokwarijuga mendesak Panglima Kodam (Pangdam) XVIII/Kasuari, untuk melepaskan kedua anak muda atas nama Maikel Yaam (17) dan Simon Waymbewer (26) yang ditangkap oleh Pasukan Yonif 726/VYS bersama anggota Kodim 1809 Maybrat di Kampung Kisor, Distrik Aifat Selatan, Kabupaten Maybrat, Provinsi Papua Barat, Kamis (2/9) sore hari kemarin.
Sebagaimana diberitakan di sejumlah media online bahwa keduanya dituduh terlibat dan atau merupakan bagian dari sekitar 50 atau 30 orang kelompok penyerang Posramil Kisor pada Kamis dinihari laku yang menewaskan Komandan Posramil Kisor Lettu CHB Dirman bersama 3 (tiga) anggotanya serta melukai 2 (dua) anggota TNI AD lainnya.
“LP3BH Manokwari telah menerima informasi dari sumber kami di Distrik Aifat Selatan bahwa kedua anak muda ini bukan merupakan bagian dari kelompok penyerang tersebut yamg seperti dilansir media adalah bagian dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Mamfred Fatem,” Kata Warinussy.
LP3BH Manokwari, juga mendesak Pangdam XVIII/Kasuari untuk senantiasa mengedepankan langkah penegakan hukum dalam menyelidiki siapa sesungguhnya pelaku penganiayaan berat tersebut dengan melibatkan aparat penyelidik dan penyidik dari Polri melalui Polda Papua Barat dan Polres Sorong Selatan serta Polres Persiapan Maybrat.
“Hal mana sesuai amanat UU RI No.8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Karena para kelompok penyerang Posramil Kisor diduga keras berasal dari warga sipil,” kata Warinussy.
Sehingga tidak bisa dengan serta Merta diterapkan interogasi yang dilakukan oleh aparat TNI AD terhadap warga sipil. Sebab jika itu terjadi maka ke depannya akan sangat menyulitkan bagi kepentingan pengungkapan fakta hukum yang diperlukan oleh penyidik Polri.
LP3BH juga sangat tidak sependapat dengan digunakannya cara-cara kekerasan sipil bersenjata yang menewaskan 4 (empat) prajurit terbaik TNI AD serta melukai 2 (dua) anggota lainnya. Namun LP3BH Manokwari juga sangat mengharapkan digunakannya cara-cara penyelesaian yang adik dan bermartabat serta berlandaskan hukum dan prinsip-prinsip HAM dalam pengungkapan kasus Kisor tersebut.
Pihaknya mendesak dilindunginya warga masyarakat ada asli di Kampung Kisor dan sekitarnya yang telah mengungsi meninggalkan kampung halamannya dan masuk ke kawasan hutan.
“Sehingga di dalam melakukan operasi penyisiran sebagai disampaikan saudara Pangdam XVIII Kasuari semestinya TNI AD dan Polri justru memberi perlindungan pertama bagi warga masyarakat sipil/adat di daerah tersebut. Kemudian memberi ruang bagi keterlibatan tokoh agama dan tokoh adat atau tokoh masyarakat setempat dengan bantuan pimpinan gereja di Papua Barat untuk menelusuri dalam upaya menemukan para pelaku penyerangan,” pungkasnya.
Pangdam XVIII/Kasuari, Pelaku adalah kelompok KKB
Melansir dari Liputan6.com, Panglima Kodam XVIII/Kasuari, Mayor Jenderal TNI I Nyoman Cantiasa mengatakan, kuat dugaan pelakunya adalah Kelompok Separatis Teroris (KST) yang berseberangan ideologi dengan NKRI.
“Sejauh ini komunikasi antara anggota TNI di Posramil Kisor dengan masyarakat lokal wilayah Aifat Selatan cukup baik, tidak ada potensi gangguan teritorial, sehingga kami menduga penyerangan Posramil ini dilakukan oleh KST,” kata dia, dalam konferensi pers di markas Kodam XVIII/Kasuari, di Manokwari, Papua Barat, Kamis (2/9/2021).
Cantiasa juga telah memerintahkan komandan Korem 181/PVT Sorong, selaku komandan Komando Pelaksana Operasi, untuk mengejar dan mendapatkan anggota-anggota KST itu dalam keadaan apapun.
“Saya sudah perintahkan Komandan Kolaops, Korem 181/PVT untuk mengerahkan personel gabungan melakukan pengejaran hingga menangkap kelompok itu,” kata dia.
Ia mengatakan keterangan lima anggota selamat bahwa kelompok KST berjumlah lebih dari 30 orang telah menyerang Pos Koramil Persiapan Kisor di Distrik Airfat Selatan itu, sekira pukul 04.00 WIT Kamis. “Lebih dari 30 orang dengan menggunakan senjata tajam (parang) menyerang pagi hari mengakibatkan empat anggota TNI AD gugur, dua lainnya luka bacok, sementara lima anggota lainnya dalam keadaan selamat,” kata dia.(*)