Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Profil

Guru seumur hidup itu telah tiada (bagian 1)

382
×

Guru seumur hidup itu telah tiada (bagian 1)

Sebarkan artikel ini
Mendiang Mama Nona atau J.J Rumadas, sang guru seumur hidup. – Bumiofinavandu/Dok Keluarga J.J. Rumadas.
Example 468x60

“Selamat jalan mama Nona, jasamu’kan kami kenang”

Kabar tentang mama Nona yang sedang dirawat di RS Nabire mulai beredar. baik di grup WhatsApp dan Media sosial face book di Nabire sejak (15/08) namun pada Jumat (20/0/2021), datang lagi kabar berikutnya yang menyampaikan bahwa Mama Nona telah tiada (Meninggal Dunia) pada  setelah menjalani perawatan di RS.

Mendiang dimakamkan pada 24 Agustus 2021 lalu di samping kediamannya di Jalan Kusuma Bangsa, Distrik Nabire, Kabupaten Nabire-Papua.

Mama Nona, adalah sebutan sebagian warga Nabire atau keluarganya termasuk anak binaannya di asrama Asrama Hasrat Suci Putri Mandiri, Jalan Merdeka.

Biodata

Mama Nona, mempunyai nama lengkap yaitu Jacoba Jakomina Rumadas, sering disingkat J.J Rumadas.  Ia lahir di kampung  Dorehkar, Kepulauan Ayauw, Raja Ampat, 28 Agustus 1940 silam. anak dari pasangan suami-istri Bapak Guru Boas Rumadas (Alm), Teluk Wondama, dan Ibu Binangga Antonia Singgamui (Alm) dari Kepulauan Harlem-Mambor, Nabire.

Sulung dari lima bersaudara ini lalu menerima baptisan Kudusnya di tempat Kelahirannya pada tanggal 31 Oktober 1941 dengan nomor surat baptis No.936. setelah itu, pengauan iman sebagai seorang anggota SIDI Jemaat, di Jemaat Masehi Protestan Klademak Sorong pada tanggal 9 Juni 1957 Oleh Pendeta Osok, dengan diberi Nats Dari Kitab Kisah Para Rasul 2 : 39 “sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan allah kita“.

Terdidik dari keluarga guru yang dekat dengan agama, mama Nona kecil selalu ditanamkan disiplin, kejujuran, tanggungjawab sebagai dasar untuk pegangan hidupnya. Dengan pesan yang selalu diingatkan oleh sang bapak almarhum guru Boas Rumadas, “Bila bermain dengan teman-teman harus jadi contoh yang baik, tidak boleh menyusahkan teman. Kamu anak Guru tapi kamu harus patuh pada guru lain“.

Pembentukan karakter almarhuma Mama Nona, juga datang dari Ibunya, mendiang Nyora Rumadas sebagai ibunya. Bahwa “tidak boleh mementingkan diri sendiri, jujur, baik dan sopan dan harus mengasisisesama,”

Bermodal didikan dari orang tuanya inilah, Mama Nona kemudian menamatkan pendidikannya pada Tahun 1948 dari Sekolah Rakyat (SR), diPulau PAM, Raja Ampat. Di  Tahun 1950 Tamat Sekolah Gadis Klademak – Sorong, dan Tahun 1953 Tamat Opleding School Voor Dorps (ODO) Fak-fak. Kemudian dikirim untuk mengikuti Kursus KPJMP Di Bandung Tahun 1957.

Sebelumnya, pada  Tahun 1953 mama Nona diangkat menjadi Guru di Sekolah Gadis Sorong (MUUS) dan kemudian di Tahun 1967 menjadi Guru LSB Sangeng – Manokwari.

Pada bulan November Tahun 1968, Ia direkomendasikan untuk pindah daerah Pelayanan di Teluk Cendrawasih, tepatnya di Kabupaten Paniai (kini Nabire). setibanya di Nabire, Ia diangkat menjadi Kepala Sekolah pertama di Sekolah Dasar Yayasan Persekolahan Kristem (SD YPK) yang merupakan Sekolah Dasar pertama di Kabupaten Kabupaten Nabire (Sebelumnya Paniai).

Masih menjabat sebagai Kepala Sekolah, Mama Nona Rumadas juga dipercayakan sebagai anggota DPRD Kabupaten Paniai di periode 4 Tahun 1977-1982. Jabatan ini pada akhirnya disebut sebagai anggota DPRD perempuan pertama di Kabupaten Paniai atau Nabire.

“Jadi waktu ini mama merangkap sebagai kepsek sekaligus anggota Dewan,” papar Magdalena Arongiar, salah satu keponakan almarhuma.

Diakhir masa jabatannya sebagai anggota DPRD, Mama Nona yang memilih tidak menikah ini mendapat SK sebagai Kapala Sub Seksi surat-menyurat Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Paniai (Nabire) selama 5 Tahun. setelahnya, Ia diberi tanggung jawab sebagai Kapala Sub Seksi Pendidikan Luar Sekolah selama 15 Tahun.

Aronggear mengisahkan, Mama Nona juga mendapat penghargaan dan juga tanda jasa seperti;

  • Penganugerahan tanda kehormatan Satyalencana Pepera oleh Presiden Republik Indonesia Tahun 1969.
  • Piagam penghargaan Presiden RI berdasarkan Kepres No.32 Tahun 1982, tentang perjuangan pembebasan Irian Barat dari jajahan Belanda, tertanggal 20 Mei 1985.
  •  Tanda penghargaan sebagai guru teladan Tahun 1976.
  • Dharma pertiwi memberi penghargaan atas Dharma bakti guna kemajuan organisasi pertiwi, Tahun 1979.
  • Piagam dari Bupati KDH Tingkat II Paniai, atas keikut sertaannya dalam penataran kearsipan Tahun 1982.
  • Penghargaan dari Badan Pengurus Yayasan Pendidikan Kristen (YPK) di Irian Jaya atas jasanya di dunia Pendidikan terutama YPK Tahun di Irian Jaya Tahun 1999.

Disini Paniai, selama 15 Tahun Mama Nona berkeliling turun di berbagai kecamatan seperti Mulia, Ilaga, Sugapa, Enarotali, Uwapa, Kamu, Napan, Samanui, Yaur. Di sana mendiang mengajarkan berbagai kegiatan keterampilan-keterampilan kepada masyarakat.

“Tahun 1990 mama Nona pensiun dari sebagai Pawai Negeri, tepatnya Tanggal 28 Agustus 1990. Mama juga termasuk pengurus Pramuka pertama di Nabire dan banyak terlibat di berbagai organisasi baik di Pemerintahan sampai Gereja,” kisah Aronggear.

Dunia pelayanan bukanlah hal baru bagi Mama Nona, sebab didikannya sedari dulu dalam keluarga adalah untuk melayani. Baginya, “ketika seseorang memiliki kecakapan, ia akan berani menghadapi problem secara wajar, tanpa merasa tertekan, kemudian ia akan proaktif, kreatif dan inovatif sehingga mudah menemukan solusi atas problem tersebut “

Dengan berlatarbelakan pendidik, mama Nona berkeinginan agar pekerjaan kaum wanita harus bisa dikerjakan oleh kaum pria, dan begitu pula sebaliknya, pekerjaan kaum pria harus bisa diselesaikan oleh kaum wanita.

Sehingga lanjut Magdalena, Pemerintah Kabupaten Nabire (Kala Itu Paniai), membangun sebuah asrama yang diberi nama  Asrama Hasrat Suci Putri Mandiri.  sebagai Hadiah Dihari Pensiunnya oleh Pemkab Paniai.

Maka pada Tanggal 12 September 1994 Asrama diserahkan dengan akte pendirian sebagai Panti Asuhan Hasrat Suci Puteri Mandiri. Dimana Pemkab Paniai (Nabire) sebagai  penanggungjawabnya.

Almarhuma kemudian disibukkan dengan aktifitas sebagai Kepala Asrama. Tujuannya adalah anak-anak perempuan dari berbagai Kampung dapat menempati, untuk memperoleh pendidikan dan ketrampilan baik dari sekolahnya maupun tambahan dari Pembina asrama.

Didalam asrama bersama putrid-putri binaannya, Mama Nona menulis sebuah buka dengan judul, “Papua Nafasku, Nabire Jiwaku”.

“Penghuni asrama itu adalah perempuan dari berbagai suku, agama. Jadi ada dari orang pesisir, orang gunung bahkan orang non Papua. mama juga ada tulis satu buku tentang Papua,” ungkap Aronggiar.

Awal asrama  di buka oleh kepemimpinan mantan Bupati Paniai Yusuf Adipata, kebutuhan untuk asrama selalu terpenuhi kareba sangat diperhatikan oleh Pemerintah Daerah.  Kondisi ini terus berlanjut hingga peralihan kepemimpinan dari Yusuf Adipata kepada Bapak Anselmus Petrus You.

10 Tahun kepemimpinan A.P You, kebutuhan masih terpenuhi. Namun memasuki kepemimpinan Bupati Isaias Douw, bantuan sedikit tersendat hingga di akhir masa kepemimpinannya.

Namun mama Nona tidak patah semangat. Sekalipun bantuan pasang surut, Ia menggunakan gaji pensiunnya untuk kebutuhan asrama. Selain itu, lahan keluarganya di Kampung Waharia Distrik Teluk Kimi, dimanfaatkan untuk berkebun. Selain kebun satyran dipekarangan belakang asrama.

“Mungkin ini karena kondisi daerah saat ini yang buat bantuan terhambat. Tapi mama ada kebun, mereka bersama anak-anak asrama yang kerjakan, ditambah gaji mama untuk kebutuhan sampai saat ini,” terang Aronggiar.

Aronggear menambahkan, sakitnya mama Nona dipicu oleh pikiran dan beban dengan biaya untuk menghidupi anak-anak asrama. Pasalnya, semenjak awal berdirinya asrama sejak Tauh 1994 hingga diakhir masa jabatak Bupati AP You, segala kebutuhan asrama selalu terpenuhi dengan bantuan yang diterima dari Pemkab Nabire.

Akan tetapi, memasuki masa Jabatan Bapak Isaias Douw, bantuan mulai tersendat hingga masa jabatan Penjaban Bupati Dokter Antor T Mote. Akibatnya, Mama Nona terbawah pikiran hingga jatu sakit. Apalagi dengan gaji pension yang tidak cukup untuk membiayai 30 putri yang menghuni asrama. Sementara mama sendiri dalam megurus asrama tidak mendapatkan honor, hanya gaji pension yang diandalkan.

“Itu yang buat mama pikiran dan jatuh sakit, belum lagi usianya yang sudah senja yaitu 81 Tahun umurnya nanti tanggal 28 Agustus nanti,” ungkap Magdalena.(*)

Bersambung,,,,,

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!