“Camkanlah bahwa dunia mengabaikan bangsa Papua, karena selama ini bangsa Papua juga mengabaikan TUHAN. Selama ini bangsa Papua mengarahkan pandangan ke berbagai penjuru dunia, tidak mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan. Kita tidak memahami rencana Tuhan tentang masa depan bangsa Papua dan tidak melaksanakan apa yang dikehendaki oleh Tuhan. Inilah akar masalah di dalam diri bangsa Papua yang harus segera perhatikan, kerjakan dan tuntaskan”
SETIAP 10 November diperingati sebagai Hari Hak Asasi Manusia (HAM) Sedunia. Hal tersebut muncul gegara rasa tidak puas sejumlah pihak terhadap perampasan hak dan kebebasan manusia karena kepentingan tertentu, utamanya dilakukan oleh Negara Adidaya dan keinginan menguasai bangsa lain.
Sehingga pada tanggal itu (10 November 1948), Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui suatu kesepakatan, kemudian mencetuskan dan mendeklarasikan kesepakatan baru di Paris, Perancis, yakni Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Dua tahun kemudian, yakni pada tanggal 10 November 1950, akhirnya diperingati sebagai hari HAM dan kini terus diperingati setiap tahunnya.
Deklarasi tersebut telah melahirkan 30 poin penting tentang HAM, yaitu hak yang melekat pada setiap orang tanpa memandang ras, jenis kelamin, kebangsaan, etnis, bahasa, agama, atau status lainnya.
Hak Asasi Manusia termasuk hak untuk hidup dan kebebasan, kebebasan dari perbudakan dan penyiksaan, kebebasan berpendapat dan berekspresi, hak untuk bekerja dan pendidikan, dan seterusnya.
Berkaca dari HAM diatas, utamanya tentang kemerdekaan. Maka sebelumnya di dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, preambule paragraf pertama menyatakan “Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”
Terlepas dari UUD 1945, sebetulnya beberapa bangsa di dunia yang belum diakui kemerdekaannya oleh PBB, antara lain: Ossetia Selatan, Cyprus Utara, palestina, Taiwan, Nagorno Transnistria, Sahara Barat, Abkhazia, Kosovo, Artsakh, Pridnestrovian Moldavian, Somaliland, dll.
Untuk Bangsa Papua sendiri, sudah sangat lama menaruh harapan kepada bangsa bangsa lain untuk bebas dari penjajahan lebih khusus kepada Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Mata hati, pikiran dan keinginan kebanyakan orang Papua hari ini, sedang tertuju kepada bangsa lain di dunia. Sebab berpikir bahwa penentu kemerdekaan bangsa Papua itu ada di bangsa-bangsa lain, khususnya ada di tangan PBB.
Harus diakui bahwa secara formal, sebuah kemerdekaan suatu bangsa akan mendapat tempat di forum di dunia, khususnya di PBB, mengingat pentingnya membangun kerjasama bilateral dan multilateral dalam kerangka mewujudkan damai sejahtera di bumi.
Bangsa Papua sudah 60 tahun lebih berjuang untuk memulihkan kembali kemerdekaan bangsanya pada 01 Desember 1961. Dan hingga kini, segala cara ditempuh namun belum terwujudkan impiannya.
Akibatnya sejak tahun 1960-an banyak orang asli Papua sudah eksodus ke mancaNegara. Tujuan Nya tak lain untuk berkampanye dan melakukan melobi dalam rangka pemulihan kembali kemerdekaan negeri bangsa Papua.
Para tokoh Papua yang bereksodus ke Negara lain untuk berkampanye dan melakukan melobi politik dari negara yang satu ke negara yang lain. Sayangnya, hingga kini, bangsa Papua belum didukung kecuali Negara Vanuatu. Negara Vanuatu beberapa tahun terakhir ini konsisten mendukung perjuangan bangsa Papua menuju kemerdekaan. Ada juga negara lain yang ikut mendukung, misalnya Negara Fiji.
Pertanyaannya, mengapa Negara-negara di dunia mengabaikan bangsa Papua, untuk pemulihan kembali kemerdekaanya?
Pertanyaan ini memunculkan dua alasan mendasar. Pertama, masing masing negara di dunia terikat dengan Hukum Internasional, yaitu masing masing negara di dunia menghormati kedaulatan wilayah negaranya; Kedua, kepentingan kerjasama bilateral atau multilateral jauh lebih penting daripada isu isu kemanusiaan atau isu isu sektoral lainnya; Apalagi negara Indonesia dipandang sebagai negara yang berpenduduk terbesar ketiga di dunia, maka di sisi pasar ekonomi sangat menjanjikan dan ketersediaan cadangan Sumber Daya Alam yang melimpah.
Memang, bangsa-bangsa di dunia ini terikat dengan Deklarasi Umum HAM PBB dan tiga Kovenan Internasional tentang penentuan nasib sendiri bagi suatu bangsa. Lalu Negara-negara di dunia ini lebih mementingkan kerjasama bilateral dan multilateral lebih khusus di bidang ekonomi, ketimbang isu-isu penentuan nasib sendiri bangsa lain. Ataukah juga mereka (bangsa-bangsa di dunia) ingin menguasai sehingga tidak memperdulikan bangsa Papua.
Pada akhirnya, isu-isu seputar Papua dimanfaatkan oleh pihak pihak lain, baik perorangan, kelompok maupun negara tertentu di dunia untuk memenuhi keinginan atau kepentingan mereka. Ditambah lagi Negara (Indonesia) membendung berbagai sorotan atas masalah HAM dan Politik Papua dari berbagai pihak dengan pendekatan “politik dagang sapi”
Perjuangan bangsa Papua yang telah memakan waktu 60 tahun lebih itu, bukan karena bangsa Papua tidak mampu meyakinkan bangsa-bangsa merdeka di dunia. Para tokoh Papua yang sudah lama berjuang di luar negeri ini orang orang hebat yang memiliki kemampuan otak yang luar biasa.
Kekayaan alam Papua yang melimpah, tetapi hingga kini belum ada negara di dunia yang menyatakan dukungannya untuk kemerdekaan. Justru kekayaan alam digadaikan oleh Negara kepada negara lain untuk mempertahankan Papua dalam bingkai NKRI.
Bangsa Papua Belum melaksanakan Kehendak Tuhan
Mungkin alasan paling mendasar adalah bangsa Papua belum bebas berdaulat. Karena ”BANGSA PAPUA BELUM MEMAHAMI dan BELUM MELAKSANAKAN KEHENDAK RENCANA TUHAN”.
Selama ini bangsa Papua berjuang dengan mengandalkan hikmat duniawi dan mengabaikan hikmat dari atas Surga (dari Tuhan” padahal, sudah lama berjuang. Perjuangan bangsa Papua hanya lebih mengandalkan kemampuan diplomasi yang dimiliki, atas dasar kehendak, lalu mengabaikan kehendak Tuhan.
Sehingga, yang harus dilakukan saat ini adalah bangsa Papua terlebih dahulu menyenangkan “hati Tuhan”, yaitu memahami dan melaksanakan kehendak rencana Tuhan. Dengan demikian, pada waktunya Tuhan akan memulihkan bangsa Papua dari pulau Gag Sorong sampai Samarai PNG.
Tentang rencana kehendak Tuhan itu, kami sudah buat buku berjudul; “BERGULAT MENUJU TANAH SUCI PAPUA”. Yang sudah diluncurkan pada 01 Desember 2020 silam di Jayapura, sekaligus menyatakan ”Deklarasi Pemulihan Bangsa Papua Lahir Baru di Dalam Tuhan”, dengan mengumumkan berdirinya “KERAJAAN TRANSISI PAPUA”, atas perintah dan kehendak Tuhan. Dan buku kedua adalah: YA TUHAN! Dari Mana Papua Bertolak dan Ke Mana Papua Pergi? ‘Menakar Solusi Meraih Impian Papua’ yang dalam bentuk PDF kami sudah luncurkan pada hari Selasa 05 September 2023.
Camkanlah bahwa dunia mengabaikan bangsa Papua, karena selama ini bangsa Papua juga mengabaikan TUHAN. Selama ini bangsa Papua mengarahkan pandangan ke berbagai penjuru dunia, tidak mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan. Kita tidak memahami rencana Tuhan tentang masa depan bangsa Papua dan tidak melaksanakan apa yang dikehendaki oleh Tuhan. Inilah akar masalah di dalam diri bangsa Papua yang harus segera perhatikan, kerjakan dan tuntaskan.
Apa yang kita tabur selama ini, itulah yang kita tuai hari ini, yaitu Tuhan juga tidak menjawab kerinduan atau impian bangsa Papua karena arah pandang kita terarah kepada dunia; Kita juga tidak taat pada perintah Tuhan. Tetapi kita jangan putus asah karena Tuhan punya waktu yang indah untuk memulihkan Tanah Air dan bangsa Papua dari pulau Gag Sorong sampai Samarai PNG.
Kita belum terlambat, sebelum Tuhan memulihkan bangsa Papua, kita diberi sedikit waktu oleh Tuhan untuk memulihkan diri yaitu “BERTOBAT” dari dosa, ”BERDAMAI” dengan siapapun, dan BERSATU di dalam rencana kehendak TUHAN, bukan bersatu di dalam rencana kehendak manusia yang penuh ambisi dan kepentingan sektoral. Seperti ada tertulis dalam Injil Matius 6:33 “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”.
Perlu diketahui bahwa bangsa lain di dunia tidak mendukung kita dengan kesungguhan hati, karena bangsa Papua tidak dengan sungguh hati mengasihi Tuhan, karena bangsa Papua tidak melaksanakan kehendak Tuhan, karena bangsa Papua tidak taat pada perintah Tuhan. Karena bangsa Papua tidak menjaga kekudusan dalam kebenaran Firman Tuhan. Hal ini penting karena kemerdekaan bangsa Papua adalah kemerdekaan untuk mempersiapkan JALAN bagi Tuhan. Maka itu, janganlah kita salahkan pihak lain, jangan kita marah kepada bangsa lain yang tidak mendukung dan mengakui kemerdekaan bangsa Papua 1 Desember 1961 sebelum kita sendiri belum menyenangkan hati Tuhan, sebelum kita mencari dan menemukan wajah Tuhan.
Sebelum kita salahkan pihak lain, marilah kita koreksi diri terlebih dahulu. Kesalahan utama dan terutama kembali kepada kita bangsa Papua sendiri, yaitu bangsa Papua belum menyenangkan hati Tuhan, karena bangsa Papua belum melaksanakan kehendak Tuhan, belum taat pada perintah Tuhan.
Marilah kita memulihkan diri agar Tuhan memulihkan bangsa Papua indah pada waktu-Nya. Marilah kita bersatu mengawal JALAN yang Tuhan sudah buka yang sedang dikawal oleh JDRP2. Hanya dengan mengikuti JALAN yang Tuhan sudah buka ini, kita akan segera bebas merdeka memasuki Tanah Suci Papua indah pada waktu Tuhan.
Mazmur 121:1-2 (TB) “… Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi”.[*]
Atas pertolongan Tuhan, PAPUA PASTI BISA.
*)Oleh: SELPIUS BOBII, Koordinator Jaringan Doa Rekonsiliasi untuk Pemulihan Papua – JDRP2 // Jayapura; Sabtu, 09 September 2023.
Dapatkan update berita Bumiofinavandu.com dengan bergabung di Telegram. Caranya muda, Anda harus menginstall aplikasi Telegram terlebih dulu di Android/Ponsel lalu klik https://t.me/wartabumiofinabirepapuatengah lalu join. Atau dapatkan juga di medsos (Facebook, Twitter, Instagram, Youtube, Tiktok) dengan nama akun Warta Bumiofi.
Beranda
Artikel/Opini
Opini
Mengapa Dunia mengabaikan Papua? Ataukah Bangsa Papua belum melaksanakan kehendak Tuhan?
Mengapa Dunia mengabaikan Papua? Ataukah Bangsa Papua belum melaksanakan kehendak Tuhan?

