Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Artikel

Pater Tom, misionaris Papua yang suka senyum dan terbuka

161
×

Pater Tom, misionaris Papua yang suka senyum dan terbuka

Sebarkan artikel ini
Example 468x60
Pater Tetteroo, OFM bersama Saudara-Saudara Fransiskan Papua lainnya – Foto/Dok. Penulis 
“Kalau Pater Tetteroo, OFM keluar rumah senantiasa ditemani oleh bebek suzukinya (motor) dan ia orang yang suka menyapa umat dengan khas senyumannya.” 
Pater Tetteroo, OFM terlahir dengan nama kecil Thomas, dengan panggilan akrabnya Tom. Ia lahir pada 7 Februari 1912 di Den Hoorn Gem (Belanda). Ia menamatkan Gymnasium di Venray pada tahun 1929. Setamat dari Gymnasium, Pater Tettero, OFM masuk biara Fransiskan di Belanda dan memulai hidup membiaranya sebagai seorang Fransiskan pada 7 September1929. 
Pater Tetteroo, OFM mengikrarkan kaul kekal sebagai seorang Fransiskan pada 08 September 1933 di Alverna (Belanda). Ia memilih nama biaranya Philipus yang kemudian hari dikenal dengan Pater Philipus Tetteroo, OFM. 
Pendidikan Pater Tetteroo, OFM tidak mengalami hambatan. Ia mulai menggeluti bidang ilmu filsafat di Venray pada tahun 1930 sampai dengan 1932, kemudian melanjutkan kulia ilmu teologinya di Alverna dan Weert (Belanda) dari tahun 1932 sampai 1936. Setelah menyelesaikan pendidikannya. Pater Tetteroo, OFM ditahbiskan menjadi imam Fransiskan pada 22 Maret 1936 di Weert. 
Tugas perutusan 
Dengan semangat yang besar Pater Tetteroo, OFM berangkat ke Indonesia dan tiba di Batavia (sekarang Jakarta) pada 24 Januari 1937. Selang tiga bulan kemudian, Pater Tetteroo, OFM menginjakkan kakinya di Bumi Cenderawasih Irian Jaya kala itu, 18 Maret 1937. 
Ia menjadi salah satu saudara Fransiskan pertama yang menjadi misionaris di Papua. Mula-mula ia bertugas di daerah Kepala Burung yakni Babo, selama kurang lebih satu tahun dan setelah itu dia ditangkap oleh tentara Jepang dari 8 Mei 1942 sampai 22 Agustus 1945. 
Setelah Jepang kalah perang, para misionaris Katolik yang ditangkap dan dipenjarakan akhirnya dibebaskan. Pater Tetteroo, OFM kembali lagi ke Babo pada 17 Februari 1946. Ia tugas di Babo sampai dengan 17 Juli 1947. Pada tahun yang sama, ia diberi kesempatan untuk berlibur di Belanda. 
Pada periode kedua, mulai 12 Juni 1948, Pater Tetteroo, OFM mendapatkan tugas di Keerom dengan pusat di Wembi. Dari Wembi Pater Tetteroo, OFM melayani juga daerah Arso dan Waris. 
Pada waktu bertugas sebagai pastor paroki Keerom Pater Tetteroo, OFM sempat ke Sydney (Australia) untuk perawatan mata pada 7 Mei 1951. Sekembalinya dari Australia, tepatnya pada perayaan Natal tahun 1951, Pater Tetteroo, OFM dipindahkan dari Wembi ke Arso dan menjadi pastor paroki Arso sampai dengan 3 Oktober 1953. 
Tercatat dua peristiwa penting selama di Arso dan Keerom, yakni diadakannya krisma tahun 1952 dan mengikuti suatu konferensi Unesco di Bombay pada Desember 1952. 
Setelah itu Pater Tetteroo, OFM ke Hollandia Binnen (sekarang Abepura) pada 8 Oktober 1953. Pada waktu itu Pater Tetteroo, OFM diangkat menjadi sekretaris Mgr. Oscar Cremers, OFM sampai dengan 1 Maret 1955. 
Dalam jabatan itu, Pater Tetteroo, OFM pernah menggantikan Mgr. Cremers, OFM untuk sementara waktu pada 26 Januari sampai 17 Mei 1954. 
Tanggal 1 Maret 1955 sampai dengan 16 Januari 1958, Pater Tetteroo, OFM dipindahkan ke Hollandia Haven (sekarang Jayapura kota) sebagai pastor paroki. Sejak 20 Juli 1956, Pater Tetteroo, OFM diberi kepercayaan juga untuk menjadi Vikarius Delegatus dan Provincaris. 
Setelah menjalankan semua tugas pada masa ini, maka pada 22 Juli 1958 Pater Tetteroo, OFM cuti tahunan ke Belanda. Setelah masa cutinya selesai, ia kembali ke Papua pada 20 April 1963. Pada tahun yang sama ia menjadi pastor untuk dok V dan Argapura. 
Tugas ini diembannya sampai 16 November 1967. Pada waktu menjadi pastor kota, Pater Tetteroo, OFM diminta juga untuk menjadi pengajar di seminari dan mengajar bahasa Jerman di SMA. 
Dari Jayapura Pater Tetteroo, OFM dipindahkan menjadi pastor di Enarotali mulai 28 November 1967 sampai April 1970. 
Setelah itu Pater Tetteroo, OFM menjadi pastor di Deiyai mulai 1 Oktober 1970 sampai dengan 1 Maret 1978. 
Dari Deiyai, Pater Tetteroo, OFM mendapat tugas di beberapa tempat dalam jangka waktu yang relatif singkat, yaitu di Nabire (Desember 1979 sampai Juli 1981), Sentani (27 Juli 1981 sampai 12 Juli 1982), Moanemani (13 Juli 1982 sampai 2 Januari 1984), Mabilabol (20 Januari 1984 sampai 6 Oktober 1984), dan di Abmisibil selama kurang lebih dua bulan sampai selesai Natal 1984, kemudian ia kembali bertugas di Moanemani. 
Akhir masa tugas 
Pada 24 November 1987, Pater Tetteroo, OFM pindah dan tinggal di Nabire. Ia beristirahat di situ, namun Pater Tetteroo, OFM tetap bersedia untuk mengisi kekosongan-kekosongan dan asistensi-asistensi Natal-Paskah serta pesta-pesta Gerejawi lainnya. 
Itulah semangat sang misionaris yang ditunjukkan selama pengabdiannya. 
Senyum dan keterbukaan yang khas selalu dibawa oleh Pater Tetteroo, OFM. 
“Kalau Pater Tetteroo, OFM keluar rumah senantiasa ditemani oleh bebek suzukinya (motor) dan ia orang yang suka menyapa umat dengan khas senyumannya,” demikian kesaksian beberapa umat di Nabire. 
Pada usianya yang ke-80 tahun tanggal 7 Februari 1992 dan usia kerjanya yang ke-55 tahun, Pater Tetteroo, OFM mengambil keputusan untuk kembali ke Belanda. Oleh karena itu, pada 23 Februari Pater Tetteroo, OFM berpamitan dengan umat paroki Nabire. 
Selanjutnya Pater Tetteroo, OFM mengunjungi beberapa tempat yang pernah dilayaninya untuk berpamitan, seperti, Deiyai, Moanemani dan Enarotali. 
Pada 5 Maret 1992, Pater Tetteroo, OFM tiba di Jayapura dan mengadakan perpisahan bersama saudara-saudara Fransiskan di Biara Fransiskus APO Jayapura, 8 Maret 1992. 
Pada 9 Maret, Pater Tetteroo, OFM dengan langkah terakhirnya ia menuju ke Bandara Sentani, untuk meninggalkan Bumi Cenderawasih dan kembali ke tanah kelahirannya. Ia menghabiskan sisa hidupnya di Belanda. 
Pater Tetteroo, OFM meninggal dunia di Warmond, Belanda pada 15 Desember 2006 dalam usia 94 tahun.(Red, De Lomes) 
Penulis: Vredigando Engelberto Namsa, OFM, Biarawan Fransiskan Provinsi Fransiskus Duta Damai Papua, tinggal di Papua. 
Referensi: 
Slot, Jan. 2012. Fransiskan Masuk Papua Jilid I. Jayapura: Kustodi Fransiskus Duta Damai Papua 
———-. 2016. Fransiskan Masuk Papua Jilid II. Jayapura: Kustodi Fransiskus Duta Damai Papua 
Necrologium Provinsi Fransiskus Duta Damai Papua, 2020 
“Tifa Jaya”, No. 227 Desember 1992 
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!