![]() |
Foto bersama penghuni asrama Damal III Nabire dan beberapa anggota komunitas – Bumiofinavandu. |
Nabire, Bumiofinavandu – Rencana Yayasan Siloam Papua dan beberapa komunitas seperti Komunitas Peduli Nabire (Kopena), Asosiasi Pedagang Asli Papua (APAP), Amoye Community, Komunitas Enaimo Nabire (KENA) serta Yayasan Shiloam dan Sandiwara Kopi, ingin mewujudkan rehab asrama Damal III di Nabire.
Asramaa yang beralamatkan di jalan Ujung Pandang, Distrik Nabire, Kabupaten Nabire, Papua ini, menampung 30 orang pelajar dan mahasiswa dari Suku Dalam, Kabupaten Puncak
Menurut ketua KENA, Philemon Keita, asrama pelajar dan asrama merupakan tempat yang diperuntukan bagi pelajar dan mahasiswa yang sedang mengenyam pendidikan di suatu kota.
Hal itu merupakan kebutuhan yang mesti selalu disediakan oleh satu Pemerintah Daerah (Pemda) agar pelajar dan mahasiswa dapat menggunakan sebagai tempat penampungan dan belajar.
“Karena, pelajar dan mahasiswa merupakan aset masa depan bagi suatu daerah. Sehingga, selain persiapkan bantuan studi berupa uang, asrama mestinya juga dipersiapkan kebutuhan prioritas seperti bangunannya. contohnya asrama Damal di Nabire ini,” ujar Keiya didampingi penghuni asrama Damal III di Nabire. Selasa (23/2/2021).
Walaupun asrama Damal III sudah berpenghuni sejak puluhan Tahun kata Keiya, namun tidak serta merta kebutuhan dan fasilitasnya terpenuhi.baik bangunannya hingga fasilitas pendukung lainnya.
Padahal asrama ini sudah lama hadir dan menampung pelajar dan mahasiswa dari Kabupaten Puncak. bahkan, keberadaannya semenjak Kabupaten Puncak belum dimekarkan dari Kabupaten Puncak Jaya serta Kabupaten Puncak Jaya belum keluar dari Kabupaten Induknya Paniai (Saat ini Kabupaten Nabire).
“Ini sudah puluhan Tahun keberadaannya. Tapi tidak pernah berubah dan sampai saat ini belum parmanen,” kata Keiya.
Untuk itu lanjut Keiya, KENA bersama beberapa komunitas dan Yayasan Shiloan Papua di Nabire berencana akan terus berupaya, agar asrama ini kedepannya bisa lebih baik dari saat ini. “Kami cari jalan dan upaya untuk merenofasi bangunannya,” lanjut Dia.
Ketua Asrama Dama III, Emon Kiwak mengatakan, parmanen tetapi hanya dari kayu berbentuk panggung. Ditambah lagi jika turun hujan sering tergenang air hampiri satu meter. Ia mengakui, belum ada perhatian serius dari Pemkab Puncak.
Padahal sudah beberapa kali berupaya meminta bantuan dari Pemda. Namun belum mendapatkan jawaban pasti.
“Kami sudah berjuan sejak Tahun 2017 lalu. Kami naik ke Puncak ketemu Bupati di sana, bahkan pernah susul Bupati ke Manokwari saat peresmian asrama Puncak di sana. Tapi sama saja belum ada tanggapan” kata Kiwak.
Sehinggaa Kata Dia, pihaknya meminta kepada Pemkab Puncak agar dapat memberikan perhatan bagi Alssrama Damal III di Nabire. Meminta dengan hormat kepada Pemkab Puncak melalui Dinas Pendidikan untuk sediakan anggaran untuk pembangunan asrama yang parmanen di Nabire.
Selain itu, meminta Puncak Papua agar datang dan melihat kondisi dari dekat kehidupan Asrama Damal di Nabire. Dan meminta perhatian khusus untuk asrama ini.
“Jangan hanya liat kawan-kawan atau bangunan asrama di tempat lain seperti Manokwari, tapi Nabire juga,” ungkapnya.
Ketua Yayasan Siloam Papua (YSP) Nabire, Amos Yeninar mengakui, pihaknya bersama beberapa komunitas akan terus mengawal dan memperjuangkan pembangunan asrama yang layak dihuni bagi pelajar dan mahasiswa Damai.
Saat ini kata Dia, Telah dan sedang menggalang dana melalui pemutaran film, konser musik serta turun di lampu-lampu merah, guna mendapatkan sumbangan agar dapat digunakan untuk pembangunan asrama Damak yang layak.
“Semua ini karena keprihatinan kami terhadap adik-adin ini. kami tau bahwa ini berat, namun akan berupaya untuk memenuhi kebutuhan mereka dengan bangunan yang baru dan layak huni,” Ungkap Yeninar.(Red)