Nabire, Bumiofinavandu – Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan (Dinkes) Nabire, Papua melalui penanggung jawab HIV/AIDS, Fenny Tobing mengatakan bahwa jumlah kasus HIV/AIDS masih tinggi di daerah ini. jumlah itu berada di angka 8.640 orang yang terdiri dari HIV sebanyak 3.442 dan AIDS sebanyak 5198, sedangkan meninggal sebanyak 466 orang.
“Kasus masih tinggi di Nabire jika dibandingkan dengan Kabupaten sekitar di wilayah Papua” kata Tobing pada jumat (03/12/2021).
Dari jumlah tersebut menurutnya, bukan hanya penduduk ber KTP Nabire. Namun sebagian dari Kabupaten lain seperti Dogiyai, Deiyai, Teluk Wondama dan beberapa Kabupaten Lainnya yang datang dan berobat di Nabire.
Akan tetapi selama ini belum ada bantuan atau keterlibatan Pemda lain (Kabupaten yang warganya berobat di Nabire) untuk bersama-sama menangani kasus di Nabire, walaupun warganya dilayani Dinkes Nabire.
“Warga yang bukan Nabire datang berobat di sini, tapi belum ada dukungan dari Pemkabnya. Jadi semua Nabire yang tanggung.
Selama ini kata Dia, semua layanan kesehatan (Yankes) yang tersebar di Nabire melaksanakan tes HIV AIDS. Namun sementara ini yang melaksanakan tes, pengobatan, dukungan dan pendampingan terhadap Odha/Odhiv baru 7 layanan, yaitu RSUD, Puskesmas Karang Mulia, Puskesmas Karang Tumaritis, Puskesmas Nabire Kota, Puskesmas Samabusa, Puskesmas Bumi Wonorejo dan Klinik St. Rafael.

Sementara upaya yang dilakukan Dinkes Nabire saat ini adalah pemberdayaan masyarakat melalui tokoh masyarakat dan tokoh agama serta membangun kerjasama dengan OPD yang terkait dalam KPA Kabupaten Nabire. KPA pusat dilebur dalam kemenkes, KPA provinsi baru mengalami perombakan tetapi belum ada Surat Edaran ke Kabupaten Nabire. KPA Nabire sendiri perlu ditinjau kembali dan
dibangun lagi keterlibatannya dalam penanggulangan HIV AIDS di Nabire.
“Tapi layanan dari Dinkes dan Yankes masih tetap berjalan sesuai programnya masing-masing,” kata Tobing.
Tobing mengungkapkan, walaupun dengan keterbatasan anggaran yang dimiliki, baik melalui dana Otsus, APBD maupun APBN, pihaknya terus memberikan pelayanan kepada ODHA. Beberapa program diantaranya layanan tiap tiga bulan sekali di tempat-tempat beresiko seperti kafe dan bar. Sosialisasi, Tawarkan dan tes HIV bukan saja kepada semua pasien yang berobat di puskesmas, tetapi juga kepada komunitas – komunitas yang tersebar di masyarakat. Juga dilakukan pemeriksaan atau tes HIV untuk ibu hamil.
Tujuan pemeriksaan kepada ibu hamil adalah untuk menyelamatkan generasi emas berikutnya. Jika sejak dini ibu Hamil yang positif HIV diobati dengan ARV (Anti Retro Viral) maka diharapkan bayi yang dilahirkan tidak tertular.
“Ini program yang terus menerus kami jalankan untuk kelompok beresiko,” Pungkasnya.(*)