Cerpen

Mister Pilip Curi Emas Gunung Gamey

1

Sebuah kampung terpencil di kaki Gunung Gamey Papua, datanglah seorang bule bernama Mister Pilip dari dunia Eropa. Rambutnya pirang, tubuhnya tinggi, dan matanya biru seperti langit.

“Nama saya Mister Pilip, saya herpetolog. Saya ingin melihat spesies ular di Gunung Gamey”

“Di Gunung Gamey ini banyak ular-ular besar dalam tanah dan dalam hutan”

“Ya, saya tau itu”

Mister Pilip mengaku sebagai herpetolog—ahli ular—dan mengatakan ingin meneliti spesies ular di sekitar Gunung Gamey.

Orang-orang kampung awalnya waspada, tetapi Mister Pilip datang dengan sopan dan membawa hadiah baru yang mengejutkan. Mister Pilip membeli tanah kecil di pinggir Gunung Gamey, dekat jalan berbatu menuju distrik Moanemani 1994.

Mister Pilip membangun rumah sederhana yang nyaman; ada alat komunikasi telegram, buku dalam rak dan kebutuhan peralatan lainnya yang ia bawa dari Eropa.

Ketika pagi, Mister Pilip membaca buku di teras yang pandangan langsung air terjun kecil yang bersih, mengalir dengan desir, ketika sore matahari nampak pergi, senja diatas bukit memberikan keindahan natural, tak kalah dengan senja di Pantai Maaf.

Tiap hari, Mister Pilip terlihat keluar masuk hutan dengan peralatan penelitian. Ia membawa kandang-kandang kayu dan sering kembali dengan ular di dalamnya.

“Ini ular berbahaya, kamu harus hati-hati”

“Bagaimana Mister Pilip tangkapnya?”

“Ya, ada caranya”

“Saya ingin tau?”

“Tidak boleh, itu sangat berbahaya”

Orang-orang kampung tidak tahu, Mister Pilip memiliki tujuan lain. Ia sudah lama mendengar legenda tentang emas yang tersembunyi di perut Gunung Gamey dari data PT. Freeport yang masuk beroperasi di Papua dengan UU Nomor 1 tahun 1967 oleh Soeharto.

Menurut cerita turun-temurun orang-orang kampung, ada gua rahasia di dalam gunung yang menyimpan bongkahan emas murni. Tapi gua itu dijaga oleh ular-ular besar yang tidak bisa dilawan manusia.

Mister Pilip punya rencana cerdik. Dengan berpura-pura meneliti ular, ia mencari jalan masuk ke gua itu tanpa dicurigai. Ia mempelajari kebiasaan ular-ular tersebut, mencari kelemahan mereka, dan mempersiapkan strategi untuk menghadapi mereka.

Pada suatu malam, ketika orang-orang kampung sedang lelap dalam tidur, Mister Pilip diam-diam menuju gunung. Ia membawa kantong kain besar, alat gali, dan obor. Dengan hati-hati, ia mengikuti jalur yang sudah ia pelajari selama berbulan-bulan bahkan tahun. Setelah perjalanan panjang, akhirnya ia menemukan celah sempit yang tersembunyi di antara bebatuan besar.

Begitu masuk, Mister Pilip menahan napas. Di dalam gua, emas berkilauan di mana-mana—terpancar oleh cahaya obornya. Namun, sebelum ia bisa melangkah lebih jauh, terdengar suara mendesis. Dari dalam kegelapan, muncullah ular-ular raksasa, jauh lebih besar dari yang pernah ia lihat.

Mister Pilip mencoba menggunakan racun dan alat jebakan yang ia siapkan. Tapi ular-ular itu bergerak lebih cepat. Mereka tidak seperti ular biasa—mata mereka bersinar merah dan tubuh mereka bersisik emas.

Mister Pilip panik, tapi ia tidak mencoba berlari keluar, ia mencoba dengan cara lain lagi; Mister Pilip keluarkan Uang dan Alkitab, tiba-tiba ular-ular raksasa itu menghormati Mister Pilip seperti Tuhan mereka.

Gunung Gamey tidak menelan tubuh Mister Pilip. Orang-orang kampung mendengar suara gemuruh dari kejauhan. Keesokan harinya, beberapa penduduk mencoba mencari Mister Pilip, tapi ia sudah pergi dari rumah dan kampung.

“Mister Pilip sudah pergi tadi malam”

“Kurang hajar!!! kita harus membunuh dia”

“Tidak boleh, Tuhan akan membalas apa yang dia lakukan”

“Tapi dia telah merusak kehidupan kami di sini”

Gubuknya digeledah, dan mereka baru menyadari bahwa orang asing itu bukanlah ilmuwan biasa. Mereka menemukan banyak kulit ular dan daging ular di gantung seperti pakaian. Banyak catatan tentang antropologi dan tambang emas. Sedikit buku tentang ular.

Tidak pernah ada orang yang berani mendekati gua di Gunung Gamey, kecuali Mister Pilip berhasil masuk dengan modal Uang dan Alkitab. Sudah lama masyarakat kampung percaya bahwa gunung itu memiliki penjaga sendiri, dan siapa pun yang masuk akan ditelan tanpa sisa.

Beberapa orang kampung sudah mati ditelan ular penjaga setelah masuk mau ambil emas, tetapi bagi Mister Pilip dengan modal Uang dan Alkitab telah membawa pergi emas murni dari kandungan Gunung Gamey.

Dengan modal Uang dan Alkitab, kini sudah banyak orang asing terus pergi membawa emas dari Gunung Gamey. Sampai kini, orang-orang kampung tidak mampu taklukkan ular yang menjaga emas.

Beberapa orang kampung mati sia-sia, tapi Mister Pilip dan kawan-kawan terus berhasil dan mereka telah membangun Eropa Barat dengan megah.

*Nabire, 2025*

Cerpen

Namaku Faustine Maharani Ruban, biasa dipanggil Itin atau…

error: Content is protected !!
Exit mobile version