Seputar Tanah Papua

Rasisme akar dari penindasan

23

Nabire, BNN – Rasisme merupakan akar dari sebuah penindasan, yang melahirkan terjadinya kekerasan, pemusnahan, perampasan, dan pemerkosaan atas bangsa terjajah. Saat ini, orang Papua dipandang bukan lagi sebagai manusia, yang tidak memiliki harkat dan martabat di mata Indonesia. 

“Ada macam – macam bentuknya, seperti perampasan dan penguasaan Tanah wilayah Papua secara paksa, dengan kekerasan rasial dan membatasi hak menyampaikan pendapat di muka umum,” ujar pimpinan pusat Forum Indenpenden Mahasiswa west Papua (FIM-WP), Siwe Weya dalam jumpa pers di Nabire dalam menyikapi persidangan tujuh tapol Papua di Kalimantan. Kamis (11/06/202). 

Weya menjelaskan, bentuk diskriminasi rasial yang sering dialami orang Papua adalah; penegangkan hukum di Papua terhadap orang asli Papua dan orang Papua yang dibunuh dan keamanan selalu di politisir serta dituduh separatis. Selain itu, tidak ada upaya Pemerintah untuk menyelesaikan pelanggran HAM guna memberikan rasa keadilan bagi orang Papua. 

”Dan herannya, aktor dan pelaku rasis di beri hukuman ringan, dan justru yang dihina (korban), dicacimaki lalu dihukuman berat yang tidak masuk akal. Padahal, tindahkan rasis, muncul dari diskriminasi rasial dan,” jelasnya. 

Tindahkan tersebut kata Siwe Weya, telah membakar amarah orang Papua untuk melakukan aksi protes bahkan muncul sikap politik dalam penentuan nasib sendiri. 

“Maka kami menilai, pelaku rasis digiring menjadi tahanan politik,” kata Weya. 

Koordinator FIM – WP wilayah kota Nabire, Nayali Kogoya, mengatakan rasisme sudah berlangsung lama ada di Negara – Negara benua Eropa dan Negara barat lainya terhadap orang kulit hitam Afirika, pada zaman perbudahkan sampai hari ini. 

Maka munculah upaya perlawanan dalam bentuk aksi protes yang terus dilakukan berbagai pihak yang peduli kemanusiaan dari berbagai Negara. 

Namun belum ada titik terang dan pengakuan bahwa orang kulit hitam mempunyai harkat dan martabat sebagai manusia yang sama dengan manusia kulit putih. 

“Dan rasis terus bertumbuh subur di Negara – Negara kapitalis dengan berbagi kepentiingan ekonomi ,politik dan kebudayaan,” kata Nayali Kogoya 

Di Indonesia sendiri menurut Kogoya, merupakan Negara berkembang yang menganut Ideologi pancasila yang demokrasi, Namun demokrasi tidak nampak dalam prakteknya. 

Ujaran rasis dan tindahkan diskriminasi dari berbagai sisi terus di lakukan OAP. Rasisme dilakukan Indonesia terhadap orang Papua bahkan sudah berlangsung lama. 

“Maka disanalah awal mula penindasan dalam bentuk diskriminasi rasial terhadap orang Papua sampai hari ini,” tuturnya. 

Ditempat yang sama, Mago Ukago, anggota FIM – WP wilayah kota Nabire menyeroti persidangan tujuh tapol Papua di PN Balik Papan melalui JPU tanggal 1-5 Juni 2020. Yang melakukan tuduhan terhadap tapol dengan Pasal 106 KUHP jo pasal 55 ayat (1) KUHP tentang Makar kepada 7 tahanan Politik. 

Maka, Ia menilai, ada upaya diskiriminasi rasial dalam menegakan hukum yang tidak berpihak sama sekali kepada tujuh tapol bahkan seluruh orang Papua. 

“Selama masih ada sistem ekonomi kapitalisme – impralisme, meliterisme, diskriminasi rasial akan terus hidup di tanah Papua,” ujarnya.(Red)

error: Content is protected !!
Exit mobile version