Beri Judul?
1/ Manis dan pahit. Menjadi satu dalam rangkai kemalangan
Sejuta hampa. Memaknai rusuh dengan rekaan muslihat.
“engkau tak akan pernah tahu soal arti kehilangan
Yang sesungguhnya. Sungguh.
Kau tak paham!”
Hanya oleh kata dan waktu, yang oleh kefanaannya tahu-menahu
Soal kehilangan kesenduannya.
Hanya oleh orang-orang yang tak mencintai, sebab terjebak
Dalam keterlaluan akan cinta dirinya.
Rtng, 2020
2/ Semogakan saja harimu yang penuh dengan
Peluh keluh. Jikalau esok masih ada, jangan biarkan lagi,
Kita terus meranah dalam rapuh titik tangis.
Rtng, 13/6/2020
3/ tiada bisikan tenang di ambang sore nan lalu.
Yang ada hanya riuh rendah penonton,
Dalam lakon hidup yang diam-diam
Egois dengan senyumnya sendiri.
Rtng, 2020
Tuhan(kah?)
Ah, Tuhan!
Mengapa Kau jadikan aku seperti ini?
Aku tak paham sebenarnya soal aku yang seolah-olah
Menikmati d(s)uka tanpa adanya cinta?
“sudahlah. Biarkan saja”
lantaran kuhempaskan dia lewat sebatang rokok yang
Tahu tentang mengikhlaskan
(asap rokokku terus membumbung naik seperti
Sedang menghantarkan persembahan kain)
Amin.
Rtng,.2020
Candu(ku-mu)
Jangan tanyakan lagi soal canduku.
Masih seperti dahulu.
“merangkak diam lalu pergi”
pergilah diam-diam lewat kecanduan
Candamu.
Rtng, 2020.
Penulis: Angelo Cefreeco Dirpa Syukur, siswa SMAS Seminari Pius XII Kisol.
(Red, De Lomes)