Nabire, Bumiofinavandu – Masyarakat adat di Kabupaten Nabire diwakili kepala-kepala suku, Ketua Lembaga Masyarakat Ada (LMA) yang di prakarsai oleh Kepala Suku Dani, Damal, Daugwa dan Nayak berinisiatif bangun Honai Nusantara.
Pembangunan Honai Nusantara berlokasi di Kampung Kalisemen Distrik Nabire Barat, tepatnya di kompleks di Wadio, Kali merah.
“Keinginan ini tindak lanjuti dengan peletakan batu pertama pembangunan honai hari ini, yang sudah dibahas dengan beberapa para pemangku adat di daerah ini,” ujar Kepala Suku D3N, Ayub Wenda saat peletakan batu pertama. Rabu (05/08/2020).
Dijelaskan Wenda, tujuan dari pembangunan honai tersebut untuk mempersatukan satu komitmen bahwa persoalan adat harus diselesaikan di rumah adat. Yang menaungi seluruh suku di Kabupaten Nabire. dengan pandangan bahwa Nabire adalah Nusantara kecil yang dihuni oleh hampir semua suku dari seluruh Indonesia.
“Karena Nabire ini Nusantara kecil sehingga kita perlu satu jalan untuk membangun peradaban dalam sebuah kebersamaan,” jelas dia.
Menurutnya, honai ini akan dimanfaatkan untuk persoalan adat antar suku. Seperti persoalan tanah, kejahatan, perkelahian, yang nantinya akan diselesaikan di rumah adat.
Sehingga, tidak semua perkara harus diselesaikan melalui jalur hukum positif (hukum Negara), tetapi ada yang bisa diselesaikan di dalam rumah adat atua honai.
“Hukum itu ada tiga, hukum agama, hukum adat dan hukum positif (Negara). Dan hukum Negara lahir dari hukum adat, jadi tidak perlu semua masalah harus ke polisi misalnya tapi kita selesaikan di sini,” lanjut Wenda.
Menurutnya, bangunan tersebut akan berbentuk honai dengan ukuran 6 meter dari titik tengah (as). Kemudian membentuk delapan siku yang melambangkan delapan penjuru mata angin yang diartikan sebagai rumah atau honai tempat berkumpulnya semua suku di Nabire dalam pertemuan adat.
Bangunan ini, diperkirakan akan menelan hampir 1 milyar. Sebab akan dirancang dengan kolaborasi dengan bahan bangunan parmenen dan bahan dari alam, sehingga menyerupai honai asli. Dengan sumber dananya dari swadaya para kepala suku.
“ini kita swadaya dari semua kepala-kepala suku. Saat ini untuk pembangunan awal, dari suku Toraja dan tukangnya juga dari toraja,” tuturnya.
Kepala Suku Besar Wate Kabupaten Nabire, Alex Raiki menyatakan dukungan terhadap prakarsa suku D3N. sebab kata Raiki, ide dan gagasan dari kepala suku D3N bertujuan untuk merangkul kebersamaan masyarakat adat di Nabire.
“Saya sangat mendukung kegiatan ini. jadi saya mohon kepada kepala-kepala sub suku wate mapun suku lainnya untuk membantu menyelesaikan pembangunan. Kalau ada yang punya sayur, ikan atau keladi, bawah datang untuk kasih makan tukang yang kerja,” ujar Raiki.
Perwakilan Ikatan Kerukunan Toraja (IKT) Yusuf Paembonan mengapresiasi kebersamaan yang dibangun oleh para kepala Suku terutama suku-suku asli Papua.
“Kami sangat mendukung karena selama ini kami sudah menyatu dengan orang Papua (terutama kami yang di Nabire) dan mereka sangat menjaga keberagaman dan menjaga kami orang pendatang di sini,” kata Paembonan.(Red)