![]() |
Tanaman kangkung milik Djasmin – Bumiofinavandu. |
Nabire, Bumiofinavandu – Petani di Kabupaten Nabire, Papua, mengeluh lantaran sulit mendapatkan pupuk bersubsidi. Untuk itu Solusinya, mereka harus beralih ke pupuk non subsidi asalkan tanamannya mendapatkan pupuk.
Salah satu petani dari Kampung Wadio, Distrik Nabire Barat, Djasmin mengakuh merasa kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi. Hal ini sudah berlangsung kurang lebih lima bulan terakhir.
“Saya sangat kecewa, sudah hampir lima bulan kesulitan mendapatkan pupuk subsidi,” ujar Djasmin di Nabire. Minggu (01/11/2020).
Untuk mengatasi kelangkaan pupuk bersubsidi menurut ayah dua anak ini, iapun terpaksa beralih ke pupuk non subsidi. Walaupun harganya tiga kali lipat.
Sebab, pupuk subsidi harganya Rp 130.0000 (seratus tiga pulu ribu rupiah) per karung 50 kg untuk pupuk jenis NPK ponshca. Sedangkan untuk pupuk non subsidi harganya Rp 600.000 (enam ratus ribu) per karung 50 kg untuk pupuk jenis mutiara.
”Mau bagaimana lagi. pernah saya siasati pakai pupuk organik yang digiling dari kotoran sapi. tapi kalau hitung-hitungan di hasil, kita rugi. karena kalau pupuk itu kemasannya hanya sesaat saja dan tidak bisa untuk jangka panjang,” tuturnya.
Lanjutnya, kesulitan pupuk ini hampir terasa untuk seluruh petani di daerah ini. ia mengaku bahkan sudah mengecek ke sebagian besar petani hampir di seluruh Nabire.
Saya sudah cek sejak awal. Makanya saya beralih ke sayuran sebab sebenarnya saya oetani semangka,” lanjutnya.
Petani di Kampung Bumi Raya, Irjanto juga mengaku hal serupa. Iapun pupuk mutiara non subsidi yang per karung Rp 650.000 (enam ratus lima puluh ribu rupiah).
“Susah pupuk subsidi, jadi kami ke non subsidi tapi di sini Rp 650.000,” ujarnya.
Keduanya berharap kepada Pemerintah melalui Dinas Pertanian untuk dapat memperhatikan pupuk bagi petani khususnya subsidi. Sebab jika terpaksa harus menggunakan pupuk non subsidi, tidak semua petani mampu membelinya.(Red)