Nabire, Bumiofinavandu – Menyikapi polemik yang muncul akibat tudingan rasisme kepada saudara Natalius Pigai oleh sekelompok orang.Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Papua, John NR Gobai menghimbau kepada semua pihak untuk tidak menuding seseorang rasis tanpa memahami apa makna rasisme sesungguhnya.
Gobai menegaskan, pernyataan Natalius Pigai melalui akun twitter, bukan menyebut Suku, Agama atau Ras. tetapi penyebutan nama Pak Ganjar dan Pak Jokowi haruslah dimaknai sebagai bentuk kritikan kepada keduanya (Pak Jokowi dan peringatan untuk Pak Ganjar).
“Sedangkan Jawa Tengah adalah nama Daerah, bukan Suku, agama atau ras,” tegas anggota DPRP jalur otsus itu. 06/10/2021).
Pemerintah menurut John mesti dikritik, termasuk Pak Jokowi yang dinilainya lamban dalam menuntaskan berbagai masalah. yaitu menyelesaikan akar masalah di Papua seperti pelanggaran HAM termasuk kasus Paniai, serta Dialog dengan Orang Papua dan kasus Blok Wabu yang sedang Ramai memunculkan pro dan kontra.
“Permasalahan-permasalahan ini harus disikapi dengan serius oleh Pemerintah dengan langkah tepat dan terukur,” tuturnya.
Sedangkan bentuk peringatan kepada Pak Ganjar, Gobai menuding, ada motif kampanye terselubung. Sebab jika dilihat dari tamu yang datang ke Papua dalam perhetatan PON XX, tidak hanya dari Jawa Tengah tapi juga dari provinsi lain. lalu mengapa pak Ganjar yang terlihat agresif bertemu berbagai kelompok?
“Kami duga ada agenda yang sudah disiapkan sebelum beliau datang. Karena diduga beliau juga sedang mulai curi star kampanye untuk jadi Capres, agar jika jadi Presiden harus dapat menyelesaikan akar masalah di Papua,” ungkap Gobai.
Pegiat persoalan masyarakat adat dalam karirnya ini menyebut, bahwa dalam UU No 40 tahun 2008 disebutkan tindakan diskriminasi ras dan etnis adalah perbuatan yang berkenaan dengan segala bentuk pembedaan, pengecualian, pembatasan, atau pemilihan berdasarkan pada ras dan etnis, yang mengakibatkan pencabutan atau pengurangan pengakuan, perolehan, atau pelaksanaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam suatu kesetaraan di bidang sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Sosok (Gobai) yang getol menyuarakan hak asasi manusia dan hak dasar OAP, mengajak segenap Bangsa agar benar-benar menjalankan Pancasila dalam berbangsa dan bernegara.
“Marilah kita bersama memerangi tindak rasisme di Indonesia yang tentu bertentangan dengan Sila kedua Pancasila ‘kemanusiaan yang adil dan beradab’,”(*)