Lintas Nusa

Keributan di sekitar asrama mahasiswa Papua Jogja, berujung kematian JTM

420
Ilustrasi - Pixabay.com

Nabire, Bumiofinavandu – Terjadi keributan di asrama mahasiswa Papua, Jalan Kusumanegara, Yogyakarta, pada Selasa (23/08/2022) malam. Insiden itu berujung penganiayaan terhadap John Telis Msen atau JTM (31) dan dikabarkan meninggal dunia.

Kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat (Kasubag Humas) Polresta Yogyakarta AKP Timbul Sasana Raharja membenarkan adanya peristiwa ini. Ia menuturkan, peristiwa bermula pada Selasa (23/08) sekitar pukul 20.30 WIB berlangsung rapat di asrama mahasiswa itu.

Melansir dari berbagai situs, saat rapat sedang berlangsung ada yang melempar dengan sandal lalu terjadi keributan. Menyadari cuma datang berempat, korban kemudian memutuskan untuk keluar dari rapat dengan maksud meninggalkan lokasi, akan tetapi di depan pintu sudah diadang beberapa orang dengan membawa sajam.

“Bersama teman-temannya, korban mencoba untuk melarikan diri akan tetapi nahas korban terkena hantaman atau sabetan senjata tajam pada kepala bagian belakang yang mengakibatkan korban jatuh tersungkur,” ujar AKP Timbul.

Timbul belum menjelaskan alasan korban datang ke rapat itu, termasuk materi pembahasan didalam rapat. namun Ia mengakuh bahwa aparat kepolisian sedang berupaya untuk mengungkap para pelaku.

“Polisi masih mengejar pelaku penganiayaan,” jelas Timbul.

Sementara itu, Sekjen Ikatan Pelajar Mahasiswa Papua (Imapa) DIY Irto Mamoribo membenarkan adanya penganiayaan tersebut. Namun Dia belum bisa menjelaskan penyebab insiden lantaran masih mengurus jenasah.

“Jangan disangkutpautkan dengan suku atau ras tertentu, kekerasan apapun itu tidak dapat dibenarkan. Soal kronologisnya nanti ada konferensi pers,” ujar Irto.

Seorang saksi mata menolak disebutkan identitasnya menjelaskan, sekira pukul 20.45 WIB, Ia hendak menutup tokonya. Ia melihat ada kerumunan orang kejar-kejaran. Tokonya berjarak 100 meter dari Asrama Mahasiswa Papua.

Disaat sedang berer-beres mau tutup toko, ada orang tiba-tiba saling mengejar dari arah asrama Papua membawa parang dan pedang mengejar yang lain dan sudah di depan toko.

Tiba-tiba korban sudah di depan toko dan bersimbah darah dan ada teriakan “bunuh, bunuh saja”. “Ampun bang, sudah bang, jangan.”!

“Itu kan ada dua rombongan, korban ini rombongannya empat orang tapi berpencar karena dikejar rombongan yang bawa parang,” jelasnya.

Ia mengebut, ada rombongan dan menyerang satu orang yang belakangan diketahui bernama JTI. Lalu temannya berusaha melerai tetapi kalah dari kelompok yang satunya.

Tak lama setelah penganiayaan berakhir, mobil Avanza warna putih berhenti di toko saksi. “Saya coba intip dari dalam, mobilnya membawa korban pergi,” katanya.

Saat mengintip itu, saksi melihat korban masih sadar dan hidup.

“Saya lihat dia [korban] membuka handphone dengan tangan kiri, kayak menghubungi seseorang, padahal tangan kanannya sudah putus,” ujarnya.(*)

error: Content is protected !!
Exit mobile version