Features

Anis Labene, mengejar mimpi di Negeri Paman Sam 

3
Michael Anis Labene. – Kalawaibumiofi.

News Portal |

Nabire, Kalawai Bumiofi | Michael Anis Labene salah seorang mahasiswa asal Papua yang kini sedang studi di Negara Bagian Michigan, Amerika Serikat sejak 2017.

Labene mengejar cita-citanya menjadi seorang pilot atau bekerja di perusahan penerbangan dengan kuliah di College of Aviation, Western Michigan University, kampus yang memiliki sekolah penerbangan salah satu terbaik di Michigan.

Dalam usia 23 tahun Labene telah menyelesaikan dua gelar sarjana di kampus tersebut. Satu gelar sarjana di Jurusan Penerbangan atau Aviation Flight Science. Satu lagi di Jurusan Management Penerbangan atau Aviation Management and Operation.

“Saya ambil S1 dua jurusan sekaligus dan anak jurusan di General Business (Bisnis Umum),” kata Labene kepada Kalawai via email.

Aviation Flight Science adalah jurusan pendidikan kapten dan manajer masa depan. Sedangkan Aviation Management and Operation mempelajari aspek bisnis dan manajerial industri penerbangan.

Belum puas dengan gelar yang didapatnya, Labene masih melanjutkan mengambil spesifikasi pesawat untuk beberapa bulan ke depan sambil bekerja mencari pengalaman.

Dengan Pendidikan yang dimilikinya, Labene bisa menjadi pilot, bekerja di bandara, atau bekerja di perusahaan penerbangan.

Labene adalah anak pasangan darah campuran suku Dani dan Damal. Ayahnya Polisete Labene dari suku Dani adalah guru SD. Sedangkan ibunya Agustus Murib dari suku Damal adalah seorang bidang yang bertugas di Kampung Sinak, Distrik Sinak, Kabupaten Puncak, Provinsi Papua.

Setelah tamat dari SD Inpres Sinak, ia melanjutkan ke SMPN 1 Nabire, kemudian SMAN 1 Nabire.

Labene mengaku sejak kecil tidak pernah memiliki pikiran untuk menjadi seorang pilot.

Ketika SMA di Nabire, jika libur sekolah Labene pulang ke kampungnya. Satu-satunya transportasi hanyalah pesawat terbang. Karena bolak-balik dengan pesawat Nabire-Sinak ia pun berkhayal suatu saat nanti bisa “menyetir” pesawat.

“Setelah SMA dan sering naik pesawat barulah ada keinginan mau jadi pilot,” kata sulung dari tiga bersaudara ini.

Ketika di pengujung Kelas XII, ia memiliki kesempatan mengikuti tes beasiswa melanjutkan studi khusus untuk anak-anak Papua yang diselenggarakan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Papua.

Labene tidak melepaskan kesempatan emas untuk mewujudkan mimpinya. Ia memilih Jurusan Penerbangan agar bisa menjadi pilot dan berhasil diterima di Western Michigan University.

“Saya kuliah dibiayai 100 persen sampai tamat dengan beasiswa dari Pemerintah Provinsi Papua melalui BPDSM,” ujarnya.

Sebelum ke Amerika, Labene dikirim dulu ke Jakarta untuk mengikuti kelas bahasa selama delapan bulan. Bahasa yang dipilih sesuai dengan negara yang dituju dan jurusan yang diambil.

Labene tidak sendirian di Amerika Serikat. Beberapa pelajar Papua lainnya juga mendapatkan beasiswa dari Provinsi Papua. Namun ia merupakan orang pertama dari Sinak yang kuliah di Negeri Paman Sam tersebut.

Selama di Amerika ia terkadang sedih bila teringat orang tua dan sanak familinya yang jauh di Sinak. Kerinduan itu diobati ketika berjumpa kawan asal Papua di sana.

Namun ia bersyukur karena mendapatkan kesempatan untuk belajar di tempat yang mudah diakses dan fasilitas yang memadai, termasuk kualitas pendidikan yang cukup tinggi.

Menurut Labene banyak sekali keuntungan belajar di negara yang sudah maju seperti di Amerika. Di antaranya bisa membangan jeringan (networking) dengan teman-teman pelajar dari negara lain.

“Caranya harus mengerti Bahasa Inggris dengan baik, karena bagaimana kita mau mengikuti pelajarannya jika tidak tahu bahasanya,” ujarnya.

Syarat belajar di Amerika, tambahnya, minimal lulus dari kelas bahasa. Selanjutnya sudah bisa untuk memulai studi di jurusan di negara yang diinginkan.

Labene mengaku tekadnya mengejar cita-cita hingga studi ke Amerika Serikat termotivasi oleh dedikasi kedua orang tuanya di kampung halaman.

Selain itu keterbatasan transportasi, pembangunan, dan berbagai faktor lain di daerah Sinak juga menjadi pegangan dan motivasi yang kuat.

Budaya, bahasa, dan makanan menjadi hambatan tersendiri bagi Labene ketika awal tiba di Amerika. Namun hal itu tidak menjadi penghalang baginya untuk meraih mimpi. Ia berusaha menyesuaikan diri.

“Perbedaan paling menonjol kuliah di AS adalah masalah waktu,” katanya.

Orang-orang di Amerika sangat disiplin soal waktu. Semuanya harus “on time”. Jika jadwal masuk kelas pukul 07:00 AM, maka mahasiswa harus ada di tempat sebelum pukul 7:00 AM agar tidak terlambat.

“Sementara di Indonesia bila jadwal kelas pukul 7:00 WIT baru muncul pukul 07.30 WIT misalnya,” ujar mantan anggota pramuka di Kwarcab Nabire tersebut.

Hal lain, kuliah di AS dosen tidak peduli dengan kehadiran mahasiswa. Dosen berharap mahasiswa sudah menyadari disiplin diri sendiri itu sangat perlu.

“Berbeda dengan di Indonesia di mana dosen atau guru perlu mengingatkan dan mengecek kehadiran siswanya,” katanya.

Labene mengaku tidak kaget dengan disiplin waktu, karena pernah aktif di kepramukaan. Sebagai anggota pramuka ia pernah mengikuti Jambore Nasional 2011 di Palembang, Sumatera Selatan.

Menurutnya, pramuka ikut membentuk jati diri dan disiplin pribadinya. Karena melalui kepramukaan ia belajar tentang kebersamaan, kepemimpinan, dan kemandirian.

Di kepramukaan banyak hal positif yang diperoleh dan ditanamkan oleh pembina. Salah satunya disiplin diri. Inilah yang membantu ketika berhadapan dengan budaya di Amerika yang sangat disiplin dan tepat waktu.

Pengalaman melihat kondisi di Amerika Serikat memunculkan kerinduan dalam diri Labene untuk membangun Papua di bidang transportasi udara dan darat secara komprehensif dan berkelanjutan, terutama di daerah Pegunungan Papua.

Menurutnya Orang Asli Papua harus menjadi aktor dalam pembangunan dengan memanfaatkan kesempatan bisnis yang terbuka.

“Di AS semua akses transportasi sangat terbuka dan mudah, kita di Papua punya peluang yang sangat besar untuk melakukan hal yang sama, pelan tapi pasti,” katanya.

Rajin Membantu Ortu

Semasa SD, Labene sangat rajin membantu kedua orang tuanya. Bahkan bagi ibunya, Agustus Murib, Labage seperti seorang mama yang selalu menyiapkan makanan bagi keluarganya.

“Labene suka dengar-dengaran dan tidak melawan kedua orang tuanya,” kata Murib kepada melalui selulernya.

Ketika Kelas 4 hingga 6 SD, Labene suka berkebun. Ketika Murib kembali dari puskesmas, tempat ia bertugas, putranya tersebut sudah menyiapkan hidangan makan siang. Begitu juga pada malam hari. Itu rutin dikerjakannya setiap hari.

“Waktu masih SD dia itu seperti seorang ibu, ke kebun pulangnya bawa hasil kebun untuk dimasak, jadi kalau saya pulang kantor sudah ada makanan di rumah,” ujarnya.

Menurut Murib, sebelumnya Labene bercita-cita menjadi seorang dokter agar bisa menggantikan ibunya ketika kelak sudah pensiun dari bidan. Murib selalu menyetujui.

Tapi karena kemudian Labene tahu uang ibunya terkadang hanya sedikit, ia sedikit memendam keinginannya untuk bersekolah lebih tinggi.

Menurut Murib, saat mengikuti kelas Bahasa Inggris di Jakarta, selain mengikuti tes masuk sekolah penerbangan di AS, Labene juga mengikuti tes UMPTN untuk masuk ke Fakultas Kedokteran di Indonesia.

Setelah lulus di sekolah penerbangan, ia menjatuhkan pilihan ke sana dan meninggalkan Fakultas Kedokteran.

“Anak saya dari kelas 1 sampai kelas 6 selalu juara dan menjadi juara umum, jadi saya ikuti saja apa yang dia mau dan cita-citakan,” katanya.

Bagi Murib, anak Labane harus berhasil dan menjadi manusia di Papua.

“Pelayanan jasmani dan rohani, keduanya dijalankan dengan bisa baik, ini impian yang saya tunggu-tunggu,” katanya.[*]

*Berita ini sebelumnya telah tayang di Jubi dengan judul, Michael Anis Labene mengejar mimpi menjadi pilot ke Amerika

Dapatkan update berita Kalawaibumiofi.com dengan bergabung di saluran Portal kalawaibumiofi.com Nabire di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029Vb5HSBnLSmbczLEXuF0X. Caranya muda, Anda bisa mendapatkan melalui Aplikasi WhatsApp, atau dapatkan juga di medsos (Facebook, Twitter, Instagram, Youtube, Tiktok) dengan nama akun Warta Bumiofi.

error: Content is protected !!
Exit mobile version